Please Select Your Language Below

English French Russian Dutch Portuguese German Spain Italian Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
loading

The End of Love ♂NARKO -- TIKA♀

Preview End of Love
Tika… Kamu percaya ‘kan denganku?”, Narko masih terus berusaha mengejar Tika. Berlari untuk meraih tangan Tika dan menghentikan langkahnya.
“dulu iya… Tapi sekarang tidak semudah itu, Ko.”, Tika hanya sejenak berhenti dan kembali menjauhi Narko dengan tangisnya.
“kamu jahat, Ko. Hubungan kita sudah lebih dari enam tahun, tetapi ternyata cinta yang selama ini kamu berikan itu palsu.”, pekik Tika yang masih tak habis pikir dengan sikap Narko dengan Lusi yang ditampakkan didepan Tika.
Narko yang ia tinggalkan sendiri di bawah pohon, jauh dari langkahnya, hanya terdiam karena ia mengerti akan sakitnya Tika. Ia menyesali apa yang baru saja terjadi, mencoba duduk dan menunduk dalam.
Sebuah tangan menyentuh bahu Narko, dan ia mengenal pemilik tangan dengan gelang putih bertuliskan “ HALUSINOGEN” itu.

“Lusi……”, Narko beranjak berdiri, tetapi malah Lusi yang mengikutinya duduk.
“maafkan aku ya… Aku tidak bermaksud membuat hubungan kamu dengan Tika berantakan seperti ini. Aku janji, aku akan menjelaskan kepada Tika…”, ucap Lusi lembut yang kemudian secepat kilat berlalu.
Meski Narko menyadari akan kesalahannya yang sekarang melupakan cinta yang selama ini ia jaga bersama Tika, ia tak mau menyalahkan kedatangan Lusi sebagai orang yang ia sayangi sekarang. Dan hari itu, Tika telah mengetahui semuanya melalui teman mereka yang bernama Heroin.
Ro’in yang masih bersaudara dengan Tika rupanya kecewa dengan sikap Narko dan tak ingin laki-laki seperti Narko-lah yang mendampingi Tika. Ia yang menyerukan tentang perasaan Narko pada Lusi kepada Tika, dan Tika mempercayainya

___***___

“Tik… kamu harus tahu, siapa sebenarnya laki-laki yang selama ini selalu kamu banggakan didepan orangtua kamu…”, begitulah ucap Ro’in beberapa hari lalu.
“maksud kamu?”, Tika sempat tak mengerti. Namun, sejurus kemudian Tika tersentak dengan beberapa gambar di ponsel Ro’in.
“apa-apa’an kamu? Narko bukan laki-laki semacam itu, In.”, bela Tika. Ia masih bersikeras mempertahnkan argumen-nya tentang Narko yang selama ini ia kenal baik.
“ya kalau kamu tidak percaya, itu hak kamu. Sebagai sahabat dan saudara, hal yang benar telah aku lakukan. Selamat siang.”, Ro’in menutup perbincangan mereka dan berlalu meninggalkan Tika sendiri di bangku depan kelasnya.
Dengan kemarahan kepada Ro’in, kekhawatiran atas gambar Narko, dan kecemburuan terhadap Lusi, serta berbagai perasaan lainnya, Tika memutuskan untuk tetap diam dan menjadi Tika yang sebelumnya. Meski ia berencana untuk mengintai sikap Narko beberapa hari kedepan. Sekedar untuk memastikan kebenaran gambar yang Ro’in dapat.

___***___

Handphone Tika berdering, dan Tika mendapat sebuah pesan singkat dari Narko.

Mafkn jka sa2t ni, aq tdk bsa ju2r dgnmu… Yg prlu kmu tau, aq syng kpdmu…
Tanpa kesadaran yang penuh, Tika melempar alat pencetnya dan membungkam isaknya diatas bantal. Hatinya terlalu sakit untuk kali ini. Sampai-sampai ia berpikir, hubungannya dengan Narko sudah tidak bisa dipertahankan. Ia berkeinginan untuk mengakhiri semuanya sekarang. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika sadar, bahwa hubungan mereka sudah terlalu serius didepan teman-teman mereka dan juga Papa Tika, Pak Abu.
Bahkan sesekali terdengar candaan teman yang mengatakan, “saya terima nikahnya Tika binti Sabu-Sabu dengan seperangkat napza dibayar tunai...”. Kali ini posisi Tika berada pada sesuatu yang benar-benar menyulitkan. Tak mau semakin sakit, ia hanya ber-positif thinking dan menganggap ini sebuah cobaan atas cinta mereka.
“Tika...”, suara sosok laki-laki mengagetkan Tika. Ia cepat-cepat mengusap pipinya yang basah, dan menoleh kearah orang itu.
“Papa... mengagetkan!”, ucap Tika. Hampir saja, Papanya tahu bahwa ia menangis. Dari raut wajahnya yang menaruh curiga, Tika menanggapi dengan melempar boneka kearah Papanya.
“Upz... Papa ingin mengajak kamu makan malam diluar. Bagaimana jika di Ekstasi Restaurant?”, kata Pak Abu menangkap boneka itu.
“tapi Tika ganti baju dulu. Papa tunggu dibawah aja.”, Tika menarik keluar Papanya, menyiapkan diri untuk mengikuti ajakan Papanya.

___***___

“Papa... jangan!”, teriak Tika saat melihat tangan papanya nyaris mengenai wajah Narko. Sudah tidak ada yang bisa dipungkiri, Papanya telah tahu semuanya.
“Siapa dia?”, bentak Pak Abu dengan menunjuk Lusi berulang kali.
“maafkan saya...”, Narko menarik Lusi untuk menjauhi mereka. Sedang Pak Abu masih naik darah sebab melihat Narko dan Lusi bersama di Restaurant ini. Ia memeluk Tika erat, mungkin ada suatu kekecewaan dalam pada diri Pak Abu, Tika adalah anaknya satu-satunya. Tentu saja, ia ingin yang terbaik untuk Tika.
Tika masih terisak, takut jika semuanya akan berakhir. Karena dihati terdalam Tika, ia masih sangat mencintai Narko. Meski ia layak untuk menaruh kebencian pada Narko.
“Selesaikan hubungan kalian, nak! Dia bukan orang yang pantas untuk kamu.”, tiba-tiba pendapat Pak Abu mengagetkan Tika. Ia tak pernah menyangka papanya akan secepat itu menyuruhnya mengakhiri hubungannya dengan Narko.
“Papa...”, Tika masih mengelak. Tapi Pak Abu memandangnya berharap Tika dapat mengikuti keinginannya. Ia berlari, melesat jauh meninggalkan pak Abu yang masih berada pada kekecewaan yang sangat dalam.
“Narko, keluar kamu!”, teriak Tika didepan rumah Narko. Ia sempat terkejut dengan kedatangan Tika. Dengan perasaan takut dan risau, ia menghampiri Tika.
“maafkan aku, Tik.”, ucap Narko mendekati Tika.
“detik ini Papa telah mengetahui semuanya, dan Papa menginginkan kita untuk mengakhiri hubungan kita. Semoga kehidupan kamu lebih baik bersama Lusi.”, Tika meninggalkan jejak kakinya dari rumah Narko.
Hingga hujan turun lebat, menemani perjalanan Tika yang sudah basah akan air mata. Yang perlu Tika sadari, bahwa sekarang ia dan Narko bukan sepasang kekasih lagi.

Ada satu hal yang belum dimengerti oleh kebanyakan dari kita yang telah membaca cerpen ini, akan perpecahan antara Narko dan Tika. Jika dan Hanya Jika Narko-Tika dapat dipisahkan dalam kenyataan yang sesungguhnya, maka hati tak perlu takut akan bahaya penyalagunaan narkoba di bumi pertiwi ini.

Tidak ada komentar:

 
Founding Fathers Keran Indonesia | Badan Narkotika Kabupaten Kendal
Add Me On Your Facebook Berlangganan Gratis Artikel Keran Indonesia?